Pages

Plurk

Facebook Badge

Kamis, 26 Desember 2013

Aku Tidak Mengerti Ya Rabb ...


Ya Allah, kenapa aku merasa begitu sedih? Sebenarnya apakah yang membuatku bersedih sehingga aku berlinang airmata beberapa hari terakhir ini? Aku sendiri tidak mengerti, Ya Allah. 

Duhai gerangan apa yang meliputi hati ini sehingga setiap aku mengingat kasih sayang-Mu yang tercurah dari Ibu, aku tiba-tiba menangis.

Duhai gerangan apa yang membuatku menjatuhkan airmata ketika aku mengingat saudara, sahabat yang telah menjadi yatim…

Duhai gerangan apa yang merajai hati sehingga sewaktu aku mengingat semua kasih sayang-Mu, pemberian-Mu sejak aku lahir sampai sekarang, aku tak kuasa untuk menghitung dan mengingat dosa yang lebih dari usiaku yang sekarang, lebih tinggi dari gunung-gunung tertinggi yang Engkau ciptakan…

Ya Allah, ketika aku bersedih karena-Mu, aku percaya hanya Engkau pulalah yang dapat menghiburku. Aku percaya Engkau menyayangiku, karena itu masih Engkau berikan rasa sedih itu kepadaku, untuk lebih bisa bersyukur ketika sedang merasa bahagia.

Ya Allah, hanya Engkau-lah yang mengerti kesedihanku. Hanya Engkau-lah yang tahu makna dibalik airmataku, hanya Engkau-lah penyingkap tabir-tabir rahasia hatiku. Sedang aku sendiri tidak mengerti.

Ya Allah, semoga airmata ini, semoga tangisan ini, semoga kesedihan ini, semua perasaan yang aku rasakan ini hanyalah tertuju pada-Mu dan bukan selain pada-Mu.

Ya Allah, hilangkanlah kesedihan dalam hatiku, hapuskanlah kesusahan dari lemahnya hatiku, sungguh aku merasa tidak berdaya. Ampunilah segala kesalahan dan kekhilafan atas kesedihan ini, Ya Allah. Amin.

Jumat, 20 Desember 2013

The Alchemist

Pergilah, jelajahilah dunia. Lihatlah & carilah kebenaran & rahasia2 hidup. Niscaya jalan apa pun yang kau pilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran & rahasia hidup akan kau temukan di titik nol perjalanmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan justru akan membawamu ke titik permulaan. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal

Minggu, 15 Desember 2013

Selamat Ulang Tahun.

Kiranya kotaku berulang tahun hari ini. Tak sangka aku pergi darinya pada hari yang spesial. Ah, rindunya merasakan dingin dan hujan dikota yang selalu ku datangi tiap minggu. Selamat ulang tahun. Tetap hangat dan nyaman di tengah dinginnya, ya?


Benar saja, semua begitu sama seperti dahulu. Tempat aku melepaskan pandangan seluas-luasnya di kota ini. Tak apa dingin, tak apa hujan. Aku senang sekiranya pas begini menikmatinya.

Kamis, 12 Desember 2013

Hambar

Waktu dimana beberapa jam terasa seharian bagiku. Benar, ketika aku tak sabar menunggu kabarmu. Ketika aku tak tau harus bagaimana bahkan untuk berbicara yang tepat dengan situasi begini. Aku merasa selalu salah langkah dan membuat kamu kesal.


Aku terlalu kenyang dengan rindu. Aku rindu, terlalu sibuk merindu sampai membuatku takut merindu. Takut ketika rinduku tak berbalas, rindu yang bagimu mungkin hanya sekedar pesan untuk dibaca. Lalu kemudian kamu mengabariku, tapi aku terlanjur emosi menunggu. Kesibukan rinduku yang menyalip disela kesibukanmu.


Aku rindu, rindu keadaan kita sebelum ini. Keadaan dimana aku menjadi diriku sendiri tiap kali mencarimu, bukan aku yang menemukanmu tapi kamu yang menemukanmu. Rinduku berbalas dan rasanya hangat sekali. Bahkan aku sampai tak peduli kita jauh, aku sendiri disini dan kamu disana. Aku sudah sangat baik-baik saja selama ada kamu, semua terasa ringan dilangkahku.


Aku rindu, rindu caramu padaku. Tapi caramu tidak lagi sama. Sejak sesuatu yang tidak penting mampu mempengaruhi perasaanmu, sesuatu yang bahkan tidak berpengaruh sama sekali bagiku. Sejak itu cintamu seolah menjadi hambar padaku. 


Aku rindu, dan ingin berkata rindu. Kita masih banyak berbicara seperti biasa meskipun tak membicarakan banyak hal. Aku bertanya kamu menjawab, begitupun sebaliknya. Sejak itu aku selalu merasa ada yang salah dengan kita. Berulang kali kubolak-balik membaca balasan pesan darimu, ada yang ternyata tak lagi sama.


Aku rindu, melebihi biasanya ku kira. Tapi aku merasa berbeda. Aku yang tidak biasa. Aku tak merespon dengan baik kejadian apapun belakangan ini. Kamu membalas pesanku, bahkan aku tak tersentak senang kegirangan seperti biasa. Ya, perasaanmu ketika membalas pesanku kali ini berbeda. Hambar. 


Aku rindu, rindu yang tak bisa kujelaskan. Semua sudah terasa hambar, bahkan rindu yang sangat padamu kali ini juga terasa hambar. Aku butuh menemuimu, tapi aku harus bagaimana dalam situasi begini? Ah, rindu terkadang tak terasa indah lagi pada saat-saat tertentu. Aku kesal merindu seperti ini.


Bisa apa aku selain menenangkan diri sendiri yang nyatanya tak kunjung tenang hampir tiga minggu ini. Dengan aku yang rindu dan kamu yang biasa saja, bahkan nyaris hambar padaku. Aku murung tanpa sebab, menangis tanpa sebab, bahkan mengawang tanpa sebab. Apa yang salah denganku? Bahkan kau yang kurindukan, serta merta biasa membaikkan perasaan dan menyemangatiku tak lagi demikian.


Berangsur dengan rindu jangka panjang seperti ini, perlahan menjadikanku pribadi yang bingung dengan diriku sendiri yang bahkan aku tidak mengenalnya. Jika keadaan berbalik, kamu merindukanku dan aku tak lagi antusias seperti biasa, akankah kamu sepertiku? Menungguku reda dan tenang dari kusutku? Tidak, kamu bahkan yang lebih dulu akan membisu membalas kebimbanganku, kamu marah dan menganggapku berlebihan dengan diam pun juga sikapku yang berbeda, hal tak berani kulakukan padamu.


Selamat malam yang selalu kutunggu ketika aku begitu lelah disini, bagiku cukup menggantikan bahu dan genggaman tanganmu. Selamat malam yang selalu kutunggu ketika aku merasa sendiri, bagiku cukup menggantikan waktu bertemu denganmu yang kunanti terasa begitu lama. Selamat malam yang selalu kutunggu ketika aku selalu tidak sabaran menunggu kabar darimu, di tengah kesibukanmu dan baru sempat mengabariku larut malam. Selamat malam yang selalu kutunggu ketika kamu selalu lebih sabar dariku menghadapi sesuatu, selamat malam yang membuatku selalu merasa lebih baik. Selamat malam yang selalu kutunggu ketika aku tak bisa tidur sebelum berbicara padamu meskipun hanya 3 menit. Selamat malam yang selalu kutunggu ketika kamu selalu menyempatkan waktu mengucapkan selamat malam padaku sebagai prioritas. Dan selamat malam yang kutunggu tak lagi sama, selamat malam yang terasa hambar, bahkan nyaris tak ada selamat malam lagi untuk kutunggu.


Sudah lama sekali rasanya kita tidak lagi saling mengucapkan selamat malam, saling bercerita, saling menenangkan, saling menanyakan keluhan masing-masing. Aku bahkan lupa kapan terakhir kita bercanda dan tertawa lewat telepon meskipun hanya 15 menit.

Maaf aku selalu begini, bahkan nyaris tak pernah berubah meskipun kamu selalu mengeluh aku cerewet, ngotot, memaksamu bicara. Aku bukan mengeluh, aku hanya ingin kita tetap bertahan dengan jarak. Apa yang kamu bilang jalani saja seperti biasa, bagiku terasa memiliki arti berbeda dengan kamu padaku yang semakin hambar. Itulah mengapa aku begitu kecewa dengan perubahanmu begini. Perubahan yang bahkan tak terlihat sebagai kamu yang ingin mempertahankan kita. Komitmen yang belakangan aku pertanyakan, bagaimana kabarnya? Apakah baik-baik saja? Seperti semakin berubah hambar dan terasa asing saja.


Kali ini baiklah, aku sudah terlalu banyak berbicara dan meminta waktu, yang sepertinya selalu salah langkah. Jadi aku akan diam saja sekarang. Bicarapun aku, semua tak akan berubah tetap hambar seperti ini, bahkan semakin hambar. 

Aku tak ingin berbicara untuk menjelaskan sesuatu lagi padamu.
Tapi jika dengan aku bicara padamu bisa merubah sesuatu aku akan bicara.

Selasa, 10 Desember 2013

Sekembalinya

Bener ya kata orang, kalo udah soal perasaan bisa lakuin hal paling konyol sekalipun ga peduli apa. Ini pertama kalinya aku gini. Sekalinya jatuh bener-bener jatuh deh. Aku bener-bener trauma kayanya kali ini. Biar Allah aja yang ngatur buat aku, ga mau nyari lagi, udah capek milih, capek berkorban, capek percaya, capek mempertahankan akunya. Toh, belom pasti buat kita. Waktu dikira udah pas, ternyata masih belum. Bakal lama banget buat aku bisa biasa lagi dan ga sensitif lagi sama cowok.

Mungkin aku udah terlalu capek dan lelah, bukan terlalu capek dan lelah sama hubungan aku dan kamu. Tapi terlalu capek dan lelah buat gini lagi ke depan, aku ga sanggup. Ga mau ambil resiko lagi. Lama tuk nyembuhinnya. Sampe bertahun buat aku. Kaya yang pernah aku bilang ke kamu waktu itu, “aku ga mau nyakitin dan disakitin, aku udah trauma. Kamu ga akan pernah bisa mastiin kamu bakal terus sama aku sampe nanti, aku ga mau kehilangan kamu nanti. Bakalan sakit banget buat aku”. 

Orang yang dulu aja, aku yang ninggalin, aku yang nyakitin, malah aku yang sampe benci gitu sama cowok. Benci banget aku di uji-uji begitu. Males aja aku tau orangnya gimana tapi ke akunya baik-baik gitu. Dibuat-buat banget. Tapi ya itu, udah terjadi. Aku sadar ada salah aku juga disini, kekurangannku, jeleknya aku, aku yang udah terlalu yakin kamu ga bakal pergi, dan aku yang berkali-kali percaya kalo apapun yang terjadi kita hadapi sama-sama. Tapi akhirnya kamu yang nyerah sama keadaan kita. Mungkin ini yang namanya ga jodoh.

Aku ga apa-apa. Alhamdulillah Allah ngasi aku keyakinan buat ikhlas sama apa yang kamu bilang “ini yang terbaik dan kamu udah yakin”. Mungkin ini cara kamu dan Allah buat memperbaiki diri aku, kekuranganku, jeleknya aku. Gimanapun kamu udah baik banget, sabar banget ngadepin aku. kamu ngajarin aku banyak hal tentang hidup yang bahkan aku masih terlalu anak-anak ternyata buat itu. Meski gini aku bakalan tetap berubah, buat diri aku juga, bukan buat kamu atau siapapun. Kalo mama bilang, “wajah aja bisa diubah, apalagi jeleknya kita”. Semoga ini bener-bener yang terbaik buat kamu, semoga kamu lebih baik, dapatin apa yang kamu pengen. Mungkin selama ini aku kurang tepat buat kamu, aku yang kurang baik. Aku mundur sekarang.

Perasaan aku ga pernah berkurang buat kamu, aku ga pernah lelah buat jalan sama kamu apapun masalah kita. Buat aku komitmen selalu komitmen. Aku ga berusaha melupakan, karena melupakan pasti bakalan sakit banget buat aku. Sekarang aku cuma belajar ikhlas. Semoga Allah menjadikan aku termasuk orang yang sabar, pemaaf, dan berlapang dada. Jauh dari semua penyakit hati. Aku selalu khawatir tentang kamu, semuanya.. bangun telat, makannya asal, kamarmu berantakan, kamar mandi ga dikuras, laundry baju, baju apa yang kamu pake, rambutmu, kerjaanmu, parfummu, kamu sakit, jam tidurmu, semuanya entah kenapa. Mungkin itu juga salah satu alasannya. Aku terlalu berlebihan khawatir tentang kamu. Ga tau kenapa buat aku, cukup aku tau sejelek-jeleknya kamu. Aku ga peduli gimana bagusnya, baiknya kamu di depan orang, cukup jelek dan kurangnya kamu buat aku. Mungkin ini juga alasannya biar kamu menemukan diri kamu sendiri mulai sekarang.

Gimana aku? Jangan tanya gimana aku. Kamu selalu tau jawabnya apa. Aku lebih baik ada kamu, emosiku reda ada kamu, aku semangat ada kamu, masalahku sedikit berkurang hanya dengan cerita sama kamu. Aku nyaman bersandar ke kamu. Maka dari itu, jangan pernah bilang semoga aku lebih baik tanpa kamu, kamu yakin aku lebih baik abis ini. Semoga ini bener-bener yang terbaik. Makasih buat semuanya, Maaf kamu nyakitin aku, klise! Itu kan buat kamu, bukan aku. Aku ga butuh kamu ngomong itu. Malah dengan bilang semua itu yang nyakitin aku. Jangan berusaha nguatin aku, karena kamu tahu persis apa yang bikin aku tenang, nyaman, dan lebih baik. Tapi yang pasti aku akan baik-baik aja, buat Papa, Ibu, dan keluargaku :’)

Sekarang, Allah yang bakal jaga kamu buat aku. Sampe sekarang pun nama kamu masih selalu ada dalam tiap doaku, terlepas aku bukan lagi perempuanmu, tapi aku tidak bisa menghentikan doa aku buatmu. Semoga ini bener-bener yang terbaik buat kamu dan aku ga salah ikhlas demi yang terbaik buat kamu.

Aku pengen kamu selalu jadi diri sendiri, dimanapun dan kemanapun kamu..

Sekarang aku sedang menggambar rencana masa depanku dari sebuah “AKHIR”. Dulu aku merancang masa depanku dari sebuah “AWAL” sama kamu, menggambarnya perlahan mulai dari sketsa. Tapi gambarnya belum selesai. Karena sekarang aku sendiri, maka sekarang aku belajar menggambarnya dari “AKHIR”.