Sayang, aku cemburu bukan marah. Bolehkah? Sayang jangan
samakan aku dengan mereka yang hampir tidak bisa membedakan antara marah
dan cemburu. Aku cemburu, hanya cemburu, sayang.
Cemburu itu indah dalam mencintai, bukankah kau mengerti, sayang?
Bukan emosi negatif sayang, hanya saja cemburu dapat menyulut kemarahan.
Kau tau sayang, orang-orang yang mencinta harus belajar bagaimana
indahnya cemburu. Maka dari itu aku belajar bagaimana mencemburui dengan
indah.
Ketika aku cemburu, aku tak boleh marah. Tapi aku lebih diperbolehkan
diam. Bukan diam marah sayang, tapi diam untuk memikirkan apa yang
harus aku katakan ketika aku cemburu padamu. “Ketika kau menjaga dan
merawat apa yang paling kau cintai, maukah kau berbagi dengan orang
lain? maukah kau ia tak terawat lagi? tentu tidak bukan sayang? Maka
dari itu, akupun ingin apa yang paling aku cintai terawat dengan baik,
sayang.”
Ketika aku cemburu, aku hanya hanya boleh mengingatkanmu dengan
anggun dan sedikit mengayunkan emosi kita agar cinta selalu kembali pada
kita dengan utuh, bahkan lebih.
Ketika aku cemburu, jangan marah ataupun benci padaku, sayang..
maklumi aku selama cemburuku dalam batasan yang wajar, akan tetapi kau
boleh memarahiku ketika aku mencemburui dengan buruk dan tidak baik.
Ketika aku cemburu, aku berusaha memantaskan diriku dengan lebih baik
untuk mencinta yang baik pula padamu agar kau menjaga dan merawatku
dengan lebih baik pula.
Ketika aku cemburu, maka aku ingin menjadi pencemburu yang baik untuk
dicemburui. Karena setiap wanita merindukan ucapan Muhammad atas
istrinya, “Tidaklah Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik
darinya (khadijah). Dia beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia
mempercayaiku saat orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya
kepadaku saat orang-orang mengharamkan harta untukku. Dan dia memberikan
aku anak saat Allah tidak memberikan anak dari istri-istriku yang
lain”.
Dan ketika aku cemburu, tenangkan aku dengan cara menenangkan yang paling baik darimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar