Pages

Plurk

Facebook Badge

Kamis, 13 Desember 2012

Aku Malu, Tuhan...

Siapa yang paling setia selain Engkau?
Siapa yang paling berlapang dada selain Engkau?
Siapa yang paling pemaaf selain Engkau?
Siapa yang paling betah menunggu selain Engkau?
Siapa yang paling mencintai selain Engkau?

Tuhan, aku malu.. Bukankah ketika aku tak setia, ketika yang lain tak setia padaku, hanya Engkau yang paling setia padaku?. Aku malu... Sungguh lidahku kelu, tak mampu memilih kata untuk mohon ampun dan menyesal, semua terasa tak pantas. Engkau, tak pernah mengeluh, membenci, dan meninggalkan ketika aku lupa kepadaMu. Tuhan... apa masih pantas aku menangis menyesali, padahal aku masih saja sering lalai dan lupa? Aku malu Tuhan... Engkau, masih saja dengan lapang dada menerimaku, memeluk, dan memudahkanku. Engkau, selalu saja menunggu sampai aku menyadari, sampai aku mengerti, sampai aku kembali. Juga ketika emosiku naik turun, ibadahku lalai dan lupa, bahkan ketika aku membuatmu marah, Engkau masih saja ada dan memeliharaku. Aku malu...

Aku malu Tuhan... Aku malu, ketika Engkau memenuhi semua kebutuhanku, mengadakan jalan keluar bagiku, mencukupkan dan memeliharaku, menenangkan gelisahku, Aku malah lalai bersyukur, bahkan lupa, tapi kau tak pernah benci, kau tak pernah pergi...

Aku malu Tuhan... Aku malu menangis saat bersedih, saat susah, saat buntu, saat tak tau harus bagaimana, pada saat itu aku merangkak mencariMu. Aku malu... Apa masih pantas aku mengadu? Sedangkan aku ketika kuat dan bahagia lalai bersyukur?
Aku malu Tuhan...

Tuhan... Ketika aku salah, lupa, dan lalai, aku mohon ingatkan aku. Jangan biarkan, jangan izinkan aku melalaikan ibadahku. Jangan biarkan aku melalaikan syukurku dikala aku bersuka, cukup, dan gembira. Aku tak mau berjarak lebih jauh lagi dengan yang paling setia, paling mencintai, paling memaafkan kesalahan dan kekuranganku. Aku tidak mau lagi Tuhan... Aku malu...

Minggu, 02 Desember 2012

Ketika Aku Cemburu

Sayang, aku cemburu bukan marah. Bolehkah? Sayang jangan samakan aku dengan mereka yang hampir tidak bisa membedakan antara marah dan cemburu. Aku cemburu, hanya cemburu, sayang.

Cemburu itu indah dalam mencintai, bukankah kau mengerti, sayang? Bukan emosi negatif sayang, hanya saja cemburu dapat menyulut kemarahan. Kau tau sayang, orang-orang yang mencinta harus belajar bagaimana indahnya cemburu. Maka dari itu aku belajar bagaimana mencemburui dengan indah.

Ketika aku cemburu, aku tak boleh marah. Tapi aku lebih diperbolehkan diam. Bukan diam marah sayang, tapi diam untuk memikirkan apa yang harus aku katakan ketika aku cemburu padamu. “Ketika kau menjaga dan merawat apa yang paling kau cintai, maukah kau berbagi dengan orang lain? maukah kau ia tak terawat lagi? tentu tidak bukan sayang? Maka dari itu, akupun ingin apa yang paling aku cintai terawat dengan baik, sayang.”

Ketika aku cemburu, aku hanya hanya boleh mengingatkanmu dengan anggun dan sedikit mengayunkan emosi kita agar cinta selalu kembali pada kita dengan utuh, bahkan lebih.

Ketika aku cemburu, jangan marah ataupun benci padaku, sayang.. maklumi aku selama cemburuku dalam batasan yang wajar, akan tetapi kau boleh memarahiku ketika aku mencemburui dengan buruk dan tidak baik.

Ketika aku cemburu, aku berusaha memantaskan diriku dengan lebih baik untuk mencinta yang baik pula padamu agar kau menjaga dan merawatku dengan lebih baik pula.

Ketika aku cemburu, maka aku ingin menjadi pencemburu yang baik untuk dicemburui. Karena setiap wanita merindukan ucapan Muhammad atas istrinya, “Tidaklah Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik darinya (khadijah). Dia beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia mempercayaiku saat orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya kepadaku saat orang-orang mengharamkan harta untukku. Dan dia memberikan aku anak saat Allah tidak memberikan anak dari istri-istriku yang lain”.

Dan ketika aku cemburu, tenangkan aku dengan cara menenangkan yang paling baik darimu.