Pages

Plurk

Facebook Badge

Kamis, 31 Januari 2013

Doa Penenang Kesedihan


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أ َمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ
قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّي
Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba perempuan-Mu,ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadha-Mu kepadaku adalah adil, aku mohon pada-Mu dengan setiap nama baik yang Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu sendiri, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab Engkau atau Engkau ajarkan kepada seseorang daripada hamba-Mu, atau Engkau sembunyikan di dalam ilmu ghaib disisi Engkau, jadikanlah Al-Qur'an sebagai penenang hatiku, cahaya bagi dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أ َمَتِكَ،
Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambu-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba perempuan-Mu,
Kemuliaan seseorang bergantung kepada sejauh mana tahap penghambaanya terhadap Allah. Menjadi hamba Allah adalah satu kemuliaan, bukan kehinaan. Allah mengiktiraf baginda Nabi SAW sebagai hamba. Dalam surah Al-Isra’ ayat 1 Allah berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Nabi Isa adalah hamba Allah. Baginda mengiktiraf bahwa baginda ialah hamba Allah. Fiman Allah di dalam surah Maryam ayat 30:

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan aku seorang nabi,
Nabi SAW beribadat kepada Allah sehingga bengkak kaki baginda. Apabila ditanya kenapa baginda berbuat demikian jawab baginda:
أفلا أكون عبدا شكورا
Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur.


Perkataan عبد bererti seorang hamba lelaki, hamba perempuan di dalam Bahasa Arab ialah أمة Firman Allah( Al-Baqarah 221):

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita hamba yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Persoalan.
Bagaimana jika seorang perempuan berdoa dengan do'a ini? Adakah perlu diubah lafadz bersesuaian dengan jantinanya dengan berdoa:اللهم إني أمتك, ابنت عبدك,ابنت أمتك… As- Syeikh Ibn Baz ditanya dengan soalan ini dan beliau menjawab jika perempuan maka ia boleh berdo'a dengan lafadz sighah yang bersesuaian dengan dirinya (اللهم إني أمتك)
نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadha-Mu kepadaku adalah adil,

Tiada daya dan usaha kita melainkan dengan kekuasaan Allah. Segala yang berlaku dan terjadi yang menimpa ke atas kita adalah dalam qudrat dan iradah Allah. Allah maha kaya, maha adil, maha bijaksana. Allah tidak zalim dan tidak sekali-kali akan mengzalimi hamba-Nya. Di dalam ayat 56 surah Hud Allah berfirman:

إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آَخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya Aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya(menguasai sepenuhnya). Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus(selalu berbuat adil)”
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
aku mohon pada-Mu dengan setiap nama baik yang engkau gunakan untuk diri-Mu, yang engkau namakan diri-Mu sendiri, atau yang engkau turunkan di dalam kitab engkau. atau engkau ajarkan kepada seseorang daripada hamba-Mu, atau engkau sembunyikan di dalam ilmu ghaib disisi engkau,
Allah mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Firman Allah (surah Al-A’raf 180)
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat 110 surah Al-Isra’:
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaa-ul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”.

Bilangan nama Allah yang diberitahu oleh Nabi SAW sebanyak 99 nama. Itu yang diberitahu oleh Nabi SAW. Hanya Allah yang maha agung saja yang mengetahui bilangan sebenar nama-nama-Nya yang selayak bagi-Nya. Dalilnya
“أو استأثرت به في علم الغيب عندك”
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
jadikanlah Al-Quran sebagai penenang hatiku, cahaya bagi dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.
Al-Quran ialah panduan hidup setiap mukmin. Siapa yang berpegang dengan ajaran-Nya akan berjaya dan siapa yang berpaling daripadanya akan celaka. Beruntunglah orang yang hidupnya dipayungi dengan payungan Al-Quran. Dia mendapat nikmat yang maha besar. Nikmat yang tidak dapat diucap dengan kalimat kecuali dengan mengecapi sendiri.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Yunus 57)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Al-isra’ 82)

Di dalam Musnad Ahmad:

عن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:-ما أصاب أحد قط هم ولا حزن فقال اللهم إني عبدك ابن عبدك ابن أمتك ناصيتي بيدك ماض في حكمك عدل في قضاؤك أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو علمته أحد من خلقك أو أنزلته في كتابك أو استأثرت به في علم الغيب عندك أن تجعل القرآن ربيع قلبي ونور صدري وجلاء حزني وذهاب همي إلا أذهب الله همه وحزنه وأبدله مكانه فرجا قال: فقيل: يا رسول الله ألا نتعلمها فقال: بلى ينبغي لمن سمعها أن يتعلمها.
Daripada Abdillah katanya: Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah seseorang yang ditimpa dukacita dan keluh kesah lalu ia membaca اللهم إني عبدك… sehingga akhir melainkan Allah akan menghilangkan duka laranya dan Allah gantikan tempatnya kegembiraan. Katanya: Dikatakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami mempelajari doa ini?” maka jawab Nabi SAW: “Bahkan ya, sayugia siapa yang mendengar do'a ini bahawa ia mempelajarinya.”

Do'a ini juga dinukilkan oleh Al-Imam Ibn Qayyim Al-Jauziah dalam kitabnya “Al-fawaid”. Mari sama-sama kita berdo'a dengan do'a ini mudah-mudahan Allah hilangkan perasaan serabut dalam kehidupan kita. Amin...

Rabu, 30 Januari 2013

Suatu Hari Nanti Sebagai Anak, Adik, Kakak, Sahabat, Istri, Ibu, dan Nenek :’)

Jika Allah memberiku kesempatan umur panjang untuk menempati tiap status itu :)

Seorang wanita dihadirkan dimuka bumi untuk 3 hal penting, 3 jabatan penting, 3 status terpenting. Seorang anak perempuan, seorang istri, dan seorang ibu...

Hari ini aku 26 tahun, aku belum bisa berkata aku sudah menjadi seorang perempuan yang baik. Jalan hidupku masih sangat panjang, yang bisa aku katakan sekarang hanyalah “aku sedang belajar menjadi seorang wanita, dan belajar menjadi seorang perempuan”.

Wanita adalah seseorang yang berwibawa dan bersahaja, tegas dan tegar, kokoh dan kuat, anggun dan jelita. Dan perempuan adalah seseorang yang penuh kelembutan dan keteduhan, ketentraman dan ketenangan, tunduk dan patuh, rendah hati dan tidak mudah dikuasai emosi

Ya, aku sedang berusaha melangkah kesana, dan ternyata status itu sulit..
Ya, banyak wanita, banyak gadis, banyak perempuan, tapi hanya sebagian kecil yang berhasil dalam semua status itu, sulit..

Dengan diriku yang sekarang, aku masih labil dengan emosiku, menangis dalam lukaku, mengeluh dengan sakitku, hanya menunggu dan menunggu berharap dengan instan sesuatu yang baik, keberuntungan selalu berpihak padaku ibarat ulat bulu yang ingin langsung bisa terbang dengan anggun kesana kemari, bodohnya aku, ternyata aku “nothing” dihadapan beribu wanita tangguh diluar sana :(

Kini aku baru seorang anak perempuan..
Belum cukup aku menjadi seorang anak perempuan tanpa sujudku pada Papa dan Ibu
Belum cukup aku menjadi seorang anak perempuan jika aku masih melukis sedih diwajah Papa dan Ibu
Belum cukup aku menjadi seorang anak perempuan jika masih merisaukan hati mereka dengan keluh kesahku
Belum cukup aku menjadi seorang anak perempuan jika masih menunjukkan keputus asaanku berusaha
Belum cukup aku menjadi seorang anak perempuan jika aku masih membiarkan mereka dengan sejuta beban dipundak mereka
Belum cukup... Dan sangat belum cukup :(

Kini aku baru seorang kakak...
Belum pantas aku menjadi seorang kakak jika aku masih belum bisa mengayomi adik-adikku
Belum pantas aku menjadi seorang kakak jika aku masih labil dengan emosiku
Belum pantas aku menjadi seorang kakak jika aku masih egois dengan keinginanku
Belum pantas... Dan sangat belum pantas :(

Kini aku seorang adik...
Belum cukup aku dewasa untuk semua keegoisanku
Belum cukup aku menjadi penenang
Belum cukup aku menjadi penguat
Belum cukup aku menjadi seseorang yang sabar dan ikhlas
Belum cukup aku tegar
Belum cukup... Dan sangat belum cukup :(

Kini aku seorang sahabat...
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku terkadang masih melupakan mereka dalam kesibukanku
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku masih belum menerima kekurangan mereka
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku masih membenarkan kesalahan mereka
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku masih belum memaafkan kesalahan mereka
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku masih diam ketika mereka susah
Belum pantas aku menjadi seorang sahabat jika aku masih tertawa ketika mereka menangis
Belum pantas... Dan sangat belum pantas :(

Hari ini, aku berharap belum terlambat untuk menyadari semua kekurangan dan semua kesalahan yang aku buat sejak aku dilahirkan sebagai seorang anak perempuan...
dan nanti, suatu hari nanti jika Allah masih mengizinkan aku memiliki status lainnya...
Aku berharap kalaupun tak akan bisa sempurna, setidaknya bisa lebih baik untuk mereka yang ada dihidupku..

Jika aku seorang istri...
Aku ingin membagi hidupku dengannya untuk setiap sakit dan senangnya
Aku ingin meredam amarah dalam emosinya
Aku ingin menggenggamnya dalam rapuhnya
Aku ingin berdiri dibelakangnya dalam ketidak percayaannya
Aku ingin hadir sebagai pelipur dalam dukanya
Aku ingin mampu menjadi penguat dalam jatuhnya
Aku ingin mendampinginya dalam setiap kelemahannya
Aku ingin berusaha melengkapi kekurangannya
Aku ingin selalu berada disisinya meski semua orang tak lagi bersamanya
Dan yang selalu aku ingin adalah selalu bisa berada disampingnya untuk setiap waktu hingga akhir nafasku, untuk selalu ada tanpa perlu ia meminta, untuk selalu mengerti tanpa perlu ia berkata, untuk selalu memahami tanpa perlu ia berpura pura :’)

Jika aku seorang ibu...
Aku ingin seluruh hidupku untuknya
Aku ingin menjadi penenang dalam semua tangisnya
Aku ingin jadi peneduh dalam aktivitasnya
Aku ingin menjadi guru dalam hari-harinya
Aku ingin menjadi sahabat dalam labilnya
Aku ingin menjadi teman dalam keceriaannya
Aku ingin menjadi pelindung baginya dalam terik yang membakar
Aku ingin menjadi ibu terbaik yang pernah ia miliki
Aku ingin menjadi teman terbaik dalam hidupnya
Aku ingin menjadi sahabat dalam kesejatiannya
Dan yang selalu aku ingin menjadi ibu terbaik baginya dalam hidup dan matiku :’)

Jika aku seorang nenek...
Cukuplah sisa umurku untuk melalui hari-hari bersama anak cucuku
Cukuplah sisa umurku untuk memeluk kesuksesan mereka
Cukuplah sisa umurku untuk hadir dalam kehidupan mereka
Cukuplah sisa umurku untuk menyaksikan kebahagiaan mereka
Dan yang selalu aku ingin menjadi nenek yang selalu berbahagia dengan banyak cucu hingga akhir hayatku :’)

Jika Allah mengizinkanku untuk waktu lebih lama lagi… Aku ingin memperbaiki semuanya, aku ingin belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi daripada sekedar ini. Figur yang baik untuk semua yang mengisi dan hadir di hari-hariku :’)

InsyaAllah, Asallahu ayya’tiyaanibihim jamii’a Innahu huwal ‘aliimulhakiim :)
Aku ingin menjadi seorang Febri Delen dengan pribadi yang lebih baik :’)
Amiinn :)

Selasa, 29 Januari 2013

Terpaksa, Kebiasaan, dan Kebutuhan

Bukan idealis, hanya saja mencoba realistis dan lebih logis. Sedikit membosankan dengan sebuah “monokratis” dalam pekerjaan. Bukan memilah milih kerja, hanya saja mesti ada sebuah tantangan yang membuatnya sedikit lebih menarik. Ada teori yang mengatakan bahwa, “hidup dengan sedikit tekanan terkadang lebih membentuk kepribadian.”

Bukan pula merasa hebat, hanya saja terkadang pekerjaan rumit (bukan berarti pekerjaan tak jelas T.T) lebih menantang. Dengan tekanan yang membuat kita merasa “bodoh” dan “nothing”, ada semacam dorongan untuk membuktikan bahwa kita tak sebodoh itu, entahlah bagi sebagian orang itu lecutan atau sekedar gertakan yang membuat ciut. Atau pun teman yang pintar dan tahu banyak hal, banyak iri yang selalu bergentayangan, mengapa saya tidak pintar dan juga tidak tau banyak hal?

Satu yang saya rasa selalu memberontak dalam diri saya, adalah ketika saya merasa geram dan ingin terus membuktikan “saya pantas untuk di atas rata-rata” bukan sombong atau merasa besar dan benar, hanya saja perbandingan relatif tak bisa diukur dari lingkungan tempurung kita, tapi dunia luar yang membuat kita hanya seolah seujung kuku, secuil. Banyak yang harus dikejar, mereka yang lebih berotak dari pada saya di luar sana, bukan hanya tempurung kecil ini yang membuat saya buta.

Ya, semua memang berawal dari keterpaksaan, tapi lama-kelamaan menjadi suatu kebiasaan, dan kemudian menjelma menjadi sebuah kebutuhan.

Untuk hal yang terkandang sebagian orang merasa picik dengan cemooh dan penyepelean. Tapi hal terbesar untuk berterima kasih adalah mereka yang membenci saya, menganggap saya kecil dan bodoh, juga mereka yang hadir untuk menguji saya dan menekan saya, terima kasih untuk telah memberikan tekanan pada diri saya, membuat saya terpaksa untuk mampu selalu kuat dan berdiri, membuat saya menyadari hal-hal terkecil dari diri saya yang selama ini terabaikan.

Mungkin jika yang saya dapat hanya kemudahan demi kemudahan, pujian demi pujian, saya akan terjatuh lebih dalam ketika suatu saat mendapati diri saya dalam keadaan terburuk.

Think the best, not the worst. Think the future, not the last.
Lakukan yang terbaik dalam keadaan terburuk sekalipun, untuk masa depan, bukan masa lalu (y)

Thanks a lot Allah, menghadirkan mereka di sekeliling saya,
Semoga tekanan dan keterpaksaan lain senantiasa menghadirkan hal positif bagi diri saya,
Syukran Katsiraan Ya Rabb :’)

Senin, 28 Januari 2013

No Action Talk Only, Ffuh -___-

I think I have to talk about….

Lagi-lagi semua orang akan berpikir saya ke idealis-idealisan atau kesempurna-sempurnaan. Tapi, siapa yang tidak setuju kalau “Louder sounds are ZERO?”
Tidak perlu berapi-api menunjukkan bahwa kita peduli terhadap sesuatu, tidak perlu spanning tinggi menunjukkan bahwa kita orang yang bijak, tidak perlu over act menunjukkan “I am a perfect person”.

Man Shabara Zhafira, Siapa yang bersabar akan beruntung, ada suatu siklus yang disebut siklus Ghazali, dimana siklus tersebut akan menunjukkan “who am I”, tanpa perlu kita menutupi sikap dihadapan orang lain. Logika sajalah, kita manusia dan tentu saja lahiriah tak hanya sifat yang baik-baik saja yang kita miliki. Kenapa harus marah ketika dikritik? kenapa harus on fire ketika disalahkan? Kenapa dan kenapa? 

Semua akan kacau beliau jika apa yang menggebu-gebu kita ucapkan pada kenyataannya tak sesuai dengan apa yang terjadi, tentu tidak cucok bukan?. Talk Less, Do More. Orang bilang itu cara paling ampuh mengambil jalan yang paling aman, tak perlu bertaruh urat segala urat dan pita segala pita di leher, tenang dan tunjukkan lewat tindakan, akan lebih bijak bukan?

Hmm, ya Bersyukur saja disetiap apa yang kita hadapi dan jalani, Syukur.. Syukur.. Syukur… Allah senantiasa akan menentramkan dan menenangkan hati kita.
Sedikit bicara akan memberi waktu lebih banyak untuk kita berpikir “do the best not speak louder”. Jadilah tenang dan anggun dalam keadaan terdesak sekalipun, dari sana akan terlihat kualitas dari pribadi kita.

Allah saja menjanjikan kok, siapa yang lebih Maha Dahsyat mengingkari janji-Nya???

Ya Allah, jadikanlah diam sebagai waktu berpikir terbaik untuk kami :’)
Cucok.. :D

Minggu, 27 Januari 2013

Sometimes in Environmental Law

Percaya atau tidak suasana hati menentukan kesialan, kurangnya ketentraman dan kenyamanan pemicu rencana berantakan.

Hukum lingkungan rasanya seperti kutukan Dementor yang menyerap seluruh daya dan upaya hingga putus asa dan pasrah. As usually, bangun subuh, ibarat hati dan pikiran dan hati sudah menolak, maka jadilah tak ada lagi gaya tarik menarik antara ancaman ujian, tugas, dan keinginan untuk bangkit dari kasyuuurr (baca: singgasana) :Dv.

Tugas dan sekelompok dengan senior itu, seperti kata peribahasa bagaikan menyatukan minyak dengan air, mustahil, sekali lagi M U S T A H I L.

Juga sangat konsensual sekali dengan percekcokan dengan “dia”, ya begitulah kira kira. Kacau semua kacau.. pikiran terbebani tidak tenang :(

Bolehkah hukum lingkungan disalahkan?
lengkap sekali rasanya nihil tugas, ujian telat, percekcokan, dan kacau.

Que sera sera, apa yang terjadi terjadilah, Wallahualam dengan hukum lingkungan w(o.O)w

asas konsensualisme antara hukum lingkungan dan kutukan dementor:
c.q polusi udara bikin sumpek, pencemaran dan perusakan lingkungan merusak bumi, maka dari itu hukum lingkungan juga berdampak bagi diri kita (tepatnya saya :|) dan membuat suasana hati “sumpek” seharian.

I have to love it, environtmental law

Jumat, 25 Januari 2013

I Will Try Not To Darl..

Maaf Darl..
Aku masih saja cerewet seperti biasanya,
Mengingatkan ini itu berulang kali,
Aku terlalu khawatir, terlalu peduli,
Tapi aku hanya ingin memastikan semua sudah baik.


Maaf Darl..
Aku masih saja merajuk suatu waktu kau abai,
Mengeluh dan tidak sabaran,
Aku cemburu dengan kegiatanmu,
Aku takut kau tak sempat mendengarkanku bercerita,
Dan aku hanya ingin memastikan hubungan kita baik baik saja.


Maaf Darl..
Mungkin kau melihat aku seperti ingin mengaturmu,
Mungkin kau melihat aku seperti memaksakan kehendakku,
Mungkin kau melihat aku seperti selalu ingin tahu dan ikut campur,
Tapi aku hanya ingin kau selalu terlihat baik,
Aku hanya ingin kau selalu punya arti untukku,
Aku hanya ingin selalu ada dan sedia,
Dan aku hanya ingin bisa melengkapi apa apa yang kurang bagimu.


Maaf Darl..
Mungkin caraku yang kurang baik,
Mungkin aku membuatnya lebih repot dan rumit,
Tapi aku perlu waktu untuk terbiasa,
Dan aku perlu waktu untuk siap,
Aku berusaha Darl..
Suatu hari, aku tidak akan cerewet lagi,
Suatu hari, aku tidak akan merajuk lagi,


Maaf Darl..
Terima kasih mengingatkanku,
I will try not to do that again for you,
Loving You as always

Kamis, 24 Januari 2013

Semoga Aku Selalu Mengertimu

Ya, nyatanya sekarang kita memang terpisah dan jauh.

Aku memang sepenuhnya tak bisa menjagamu, tapi do’a-do’aku yang akan selalu menjaga semoga segalanya baik-baik saja disana. Aku harap kau juga selalu merindukanku, meskipun apa daya aku tak bisa menghentikan kesibukkanmu, semoga aku selalu mengertimu.

Aku selalu menahan kedipanku dan menghentikan nafasku sesaat, saat aku merindukanmu, cukup terasa sesak, ya terkadang rindu merubah hariku. Rindu memang terasa berlebihan, tapi memang itu porsinya untukmu. 

Aku akan mencoba tak mengeluh saat kau pergi begitu saja, dan tiba-tiba meninggalkan pesan “maaf sayang, aku lagi di luar”. Aku akan mencoba tak mengeluh bahkan saat kau lupa berpamitan padaku yang jelas-jelas tak bisa tahu secara nyata dimana kau berada. Aku akan mencoba tak mengeluh saat kau terlalu lelah dan cenderung mengabaikanku, mengabaikan rinduku.  Aku akan mencoba tak mengeluh saat kau hanya membuatku menemanimu terlelap, dan berbicara pada hembusan nafasmu.  Aku tak mencoba tak mengeluh saat kau berkata “Aku capek, aku tidur dulu ya.” Padahal, aku sangat ingin ada bersamamu. Aku akan mencoba tak mengeluh meskipun kau menghubungiku akhirnya saat hanya tinggal lelah di sisa harimu.

Setidaknya, aku hanya ingin sibukmu tak mengurangi perhatianmu terhadapku. Tak ingatkah kau saat kau marah padaku karena aku terlalu lama membalas pesan darimu? Tapi apa yang terjadi? Kapan kau bisa paham?. Aku tak ingin mengulang memintanya lagi, sungguh aku tak ingin membuat keadaan lebih buruk dan membuatmu lebih kesal lagi. Dan aku masih harus bergelut dengan menunggumu? Bagaimana jika kita bertukar posisi agar kau mengerti?

Setidaknya, apa sesulit dan serumit itukah untuk sedikit waktu bagiku? Menyisakan waktu sebentar saja? Waktu yang ku minta tak sebanyak waktu yang kau habiskan. Dan harus berapa lama lagi? Salahkah aku mengeluh rindu padamu? Aku marah, tapi tidak. Kau akan tahu dengan sendirinya apa yang kurasakan. Dan seberapa kuat aku mencoba menahan dan memendamnya. Aku pun tak akan mencoba berbalik marah saat kau marah jika aku lupa membalas pesanmu, tak balik mengabarimu, ataupun mengabaikan rindumu.

Aku diam bukan berarti aku baik-baik saja. Tapi mungkin, inilah cara terbaik agar kau nyaman dan tidak terganggu oleh rinduku. Mungkin aku harus lebih banyak diam untuk memikirkanmu dan mempertahankanmu. Entahlah, aku hanya berharap semua ini, termasuk kita adalah kebahagiaan sempurna yang sedang terangkai.

Aku berharap bisa bersandar dipundakmu dan mendengar suaramu untuk menenangkanku, tapi aku harus sadar ternyata tidak. Dan perlahan saja, entah apa yang membuat air mataku mengalir seakan mengutarakan aku merindukanmu, ya mungkin hanya kalimat sederhana “aku kangen kamu”, tapi kau tahu sesak terasa di dadaku tiap kali aku mengucapkan itu.

Mungkin aku mengganggu dengan pesan-pesan itu, dengan bawel itu, dengan manja itu. Maaf sayang, maaf aku membuatmu kesal dan marah. Aku terdiam seketika membaca balasan pesan dan jawaban telpon darimu “ya, ga ada, udah, kumsalam”. Entah mengapa aku selalu dengan mudah terdiam saat kau marah, kesal, dan seperti tak mengharapkan kabar dariku, kosong dan hilang arah, mungkin hanya lamunan jika aku berpikir kau akan menyambutku dengan hangat dan menenangkanku, lalu memberi pengertian jika aku mulai merajuk.

Aku berusaha agar rinduku selalu bersemi untukmu. Aku selalu mencoba membaca berulang kali pesanmu yang telah lalu, seolah itu adalah pesan yang kau kirim untukku saat ini. Senyum di pesan itu mungkin memang hanya sebuah simbol, sederhana, tapi berarti bagiku. Aku sudah cukup tenang mengingatnya

“Ini akhir minggu, tolong, jangan terlalu sibuk dan mengabaikanku lebih lagi”. Sungguh ingin sekali rasanya aku mengatakannya lagi dan lagi hingga kau mengerti, tapi tidak. Aku tak ingin mengganggu dan membuatmu kesal lagi dengan rindu bodohku.

Semoga aku selalu mengertimu. Semoga ketika kau merindu, kau tak akan merasakan betapa sesaknya rindu itu dalam diam.

Senin, 21 Januari 2013

Ya Inilah, Namanya Juga Cuma Rumah Singgah

Senang bisa bergabung dengan teman-teman penggiat rumah singgah. Semoga program ini tidak hanya berjalan jangka pendek saja ya.

Ada yang lain ketika kita mulai bergabung dengan mereka, mendengarkan cerita mereka. Polos, apa adanya. Ketika ditanya, “seneng ga disini?”

Ya, gimana ya namanya juga cuma rumah singgah. Tempat ngilangin jenuh, ngilangin penat dan lari dari rutinitas. Iya rumah singgah. Tempat ketawa, tempat cerita, tempat nangis, tempat disayang. Tempatnya agak jauh, tempatnya teduh, tempatnya ngangenin. Tempat istirahat sebentar dan besoknya mesti pergi lagi. Iya inilah, namanya juga cuma rumah singgah. 

Kemudian kami tertawa, tapi tidak untukku. Perih sekali rasanya membayangkan harus hidup begini setiap hari. Tapi apa? Ya, lewat ini aku tak putus bersyukur. Adilkah yang seperti ini Tuhan?

Ya, sejak hari itu aku lebih memilih menangis dibanding tertawa terbahak, ternyata lebih berharga rasanya dikelilingi oleh orang-orang kecil ini dengan tulus dan apa adanya :’)

See You Bocah-Bocah yang selalu bersyukur meski hanya untuk cuma rumah singgah dan sebungkus nasi :’)

Minggu, 20 Januari 2013

Cerita Singkat Tentang Khadijah

“Sebaik-baik wanita pada jamannya adalah Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita dari umatnya adalah Khadijah.” (HR. Bukhari Muslim).

Jika ada perempuan yang mampu membuat Aisyah cemburu besar, maka ia adalah Khadijah. Jika ada perempuan yang mampu membuat Rasulullah SAW mengingatnya sepanjang waktu bahkan ketika beliau dengan isteri-isterinya, maka Khadijah lah orangnya, dan dengan Khadijah lah Rasulullah SAW bermonogami.

Kisah tentang wanita mulia Ummul-Mukminat Khadijah RA merupakan kisah yang penuh dengan kemuliaan, kisah yang penuh dengan teladan. Tinta-tinta sejarah telah mencatat keistimewaan yang dimilikinya. Ia meninggalkan teladan indah untuk para mukminah, bukan hanya dalam berakhlakul-karimah tetapi juga bagaimana ia beribadah, berkeluarga, dan bermuamalah.

Segala keistimewaan yang dimilikinya menjadikan ia perempuan beruntung sepanjang masa. Ia mendapatkan cinta sejati dari kekasih Allah. Bahkan ia wanita pertama yang yang mendapatkan berita masuk surga serta mendapatkan ucapan salam dari Allah SWT.

Keistimewaan tersebut sesungguhnya tidak serta merta datang kepada ibunda kita Khadijah, namun hal tersebut karena ia begitu mempesona. Ia dengan penuh kerelaan mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah SAW. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasul. Cintanya yang besar mampu memberikan yang terbaik kepada Rasulullah SAW sehingga sang suamipun amat mencintainya.

Akhlak Khadijah semestinya dijadikan gambaran bagaimana semestinya seorang isteri bersikap kepada suaminya, sehingga sang isteri menjadi perempuan yang mampu memberikan kebahagiaan kepada keluarganya dan akhirnya terbentuklah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Berikut di bawah ini beberapa sifat Khadijah yang dapat dijadikan uswah bagi para isteri dalam usahanya untuk menjadi perempuan istimewa bagi suaminya.

Menerima suami apa adanya. Inilah teladan yang pertama yang diajarkannya. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, Khadijah merupakan wanita kaya raya di seantero Mekkah. Dengan harta dan kecantikan yang dimilikinya banyak laki-laki yang hendak meminangnya. Tetapi Khadijah lebih memilih Muhammad yang tidak memiliki apa-apa. Kemiskinan Muhammad tidak membuat Khadijah malu. Ia begitu mencintai dan menerima Muhammad apa adanya. Bagi Khadijah harta bukanlah segalanya, namun kebaikan dan kesalihan Rasulullah-lah yang menjadi pilihan utamanya.

Selalu ada ketika suami membutuhkan. Selama bersama Rasulullah, Khadijah selalu bersama dengan beliau dalam suka dan duka. Bahkan ketika terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh orang Quraisy, ia menjadi teman yang sangat setia. Tidak sedikitpun ia mengeluh atas semua yang terjadi pada keluarganya.

Penuh kasih sayang dan perhatian terhadap suami. Inilah sesungguhnya yang diperlukan oleh para suami, termasuk Rasulullah SAW. Khadijah perempuan yang memiliki cinta suci ini mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Rasulullah SAW sehingga beliau tidak pernah menyakiti isteri yang sangat dicintainya itu. Rasulullah SAW bahkan bersabda, “Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku” (HR Muslim).

Rela berkorban demi membela suami. Khadijah mengajarkan kita untuk belajar memberikan yang terbaik kepada suami, berusaha memberikan semua yang dimiliki jika suami membutuhkan. Dengan kedermawanannya, Khadijah sanggup memberikan hartanya demi kepentingan dakwah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku”.

Berkata bijak dan menenangkan. Keistimewaan Khadijah yang lain adalah memiliki sikap lembut dalam bertutur kata dan bersikap bijaksana sehingga yang dikeluarkan dari lisannya hanyalah perkataan lembut dan menenangkan hati Rasulullah SAW. Perhatikanlah tutur kata Khadijah ketika terjadi peristiwa turun wahyu pertama yang membuat Rasulullah SAW lari ketakutan, Khadijah berkata, “Jangan khawatir, berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin akan menghinakanmu dengan kejadian itu. Selama ini engkau selalu menyambung silaturahmi, jujur dalam berbicara, meringankan beban orang lain yang kesusahan, membantu orang lemah, menghormati tamu, dan mendukung setiap hal yang mengandung kebenaran”.

Mendidik anak-anak dengan baik. Salah satu keistimewaan Khadijah dibanding isteri-isteri Rasulullah yang lain adalah dari Khadijahlah Rasullah SAW mendapatkan keturunan. Nabi SAW besabda, “Allah mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari isteri-isteriku yang lain”.

Bukan hanya itu saja. Walau usianya sudah tua, ia mampu mendidik putra-putri mereka dengan penuh cinta dan kemuliaan hingga putra-putri Rasulullah memiliki akhlak yang baik dan keimanan yang kuat.

Bergaul baik dengan suami. Tidak pernah diceritakan kisah yang jelek mengenai pernikahan Khadijah dan Rasulullah SAW. Hal ini menunjukan pergaulan yang baik di antara keduanya. Keduanya paham mengenai hak dan kewajiban masing-masing sehingga tenanglah rumah tangga beliau.

Tawakal dan sabar. Inilah yang dilakukan Khadijah sebagai seorang isteri yang suaminya pada saat itu menjadi bulan-bulanan penghinaan masyarakat Quraisy. Tawakal dan bersabar menghadapi semuanya telah memberikan energi positif bukan hanya bagi Khadijah, tetapi juga terhadap Rasulullah SAW sehingga ia kuat menghadapi semuanya.

Khadijah adalah perempuan agung. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, ia mampu membuat Rasulullah SAW begitu mencintainya. Bahkan ketika Khadijah telah tiada pun Rasulullah SAW masih sering mengingatnya. Pernah suatu waktu Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah, ” Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia”.

Jumat, 18 Januari 2013

Di Hadapan Mereka Yang Pintar

Senang saja rasanya kalau punya teman-teman pintar, jauh dari indivualism, egoism, and their ambitious sebagian besar dari mereka selalu punya cara menghadapi apa yang mereka mungkin tidak sebisa itu tapi with their confidence, they believe that they can.

Jangan salahkan jika memang sebagian besar dari mereka begitu, ya saya salut aja. Lebih kepada malu sama diri saya sendiri. Kenapa sih, kok saya dengan gampangnya bilang, “sudahlah emang ga bisa kok, percuma juga usaha, kalo mereka sih emang udah pinter dari sananya”. 

Masih banyak teman-teman lain yang mereka emang berisi dan berbincang dengan mereka tidak hanya sekedar omong kosong. Mereka punya pembahasan tersendiri yang kita tidak kira sebelumnya. Ya, orang pintar akan terlihat dari matanya dan kesan pertama mereka berbicara juga cara mereka bergurau :)

S A L I N G in My Little Famy Then :)

Mantra yang paling saya tunggu-tunggu: Semua akan indah pada waktunya, that’s magic, right?

Dari sekian banyak daftar mimpi saya, which one is punya keluarga kecil aja. Tiap saya berdoa, yang pertama saya minta adalah “Ya Allah, semoga suamiku kelak adalah orang yang benar-benar mencintaiku karenaMu agar ia kelak membimbing dan menenangkan hatiku”. Lol, tapi ya memang selalu yang aku harapkan begitu. Aku berharap ada seseorang yang mau berbagi ketika aku bahagia, menghibur ketika aku bersedih, dan menguatkan disaat aku jatuh. Ya, aku berharap segalanya “saling”. Memiliki keluarga kecil yang hangat dan terbuka, berkumpul bersama setiap hari, tidak akan pernah ada yang sendiri, yang selalu saya impikan adalah ketika di dalam keluarga kecil saya nanti selalu ada kata “saling”.

S A L I N G :)

Minggu, 13 Januari 2013

When I Learn How to Thanking

Ketika kita selalu lupa full thinking without thanking, selalu ada yang kurang dan munculnya perasaan tidak puas terhadap apa yang dipikirkan. Ibnu Sina pernah mengatakan, “bukankan jika kita menyadari sepenuhnya dan bersyukur, kita akan jangkau semua yang kita pikirkan, yang kita inginkan”.

Banyak hal dari diri saya, hal-hal dimana saya selalu banyak dan semakin banyak berpikir tanpa mensyukuri terlebih dahulu apa yang didatangkan dan dilimpahkan kepada saya. Sebagian besar adalah ketika saya sakit, dalam kesulitan, masalah, and etc, saya selalu lupa untuk bersyukur dan berterima kasih dengan-Nya. Terlepas dari itu, yang selalu muncul hanya pertanyaan-pertanyaan ini kenapa terjadi, bagaimana bisa, bagaimana menyelesaikannya, jalan keluarnya apa, dan saya harus bagaimana.

Paradigma Thingking dan Thanking pada dasarnya adalah kausal yang seimbang seperti halnya kita berpikir sembari bertindak. Mengapa? Pertama, ketika kita mulai berpikir mengenai sesuatu, secara langsung maupun tidak langsung status apa yang sedang kita pikirkan adalah penting. Bagaimana tidak, untuk sesuatu yang kita pikirkan kita akan berusaha melakukan, mengingat, memikirkan cara untuk sesuatu tersebut. Kedua, tentang apa yang kita pikirkan pasti akan berkaitan antara satu hal dengan hal lainnya baik benda, orang, ataupun sesuatu yang bersifat maya ataupun imajinasi. Ketiga, untuk kedua kausal di atas selalu dan pasti ada sesuatu di dalamnya perihal pertama Tuhan dan kedua orang lain. Inilah yang saya maksud seimbang, akan tetapi sebagian besar orang tidak menyadari pentingnya kedudukan Tuhan dan orang lain dalam hal thanking ini. 

Bukankah jika disadari terlebih dahulu baru berpikir akan lebih baik?
Bukankah bersyukur terlebih dahulu akan mendapat lebih banyak lagi?
Bukankah berterima kasih terlebih dahulu akan lebih mudah?
Ya, muliakan terlebih dahulu baru kemudian berpikir feedbacknya

Kamis, 10 Januari 2013

I am lied by …. fine, who cares babe!

Tentang sesuatu perasaan tidak enak, mungkin. Ya, itu rasanya seperti buru-buru dan gelisah. Katanya juga jikalau kita sudah lama bergaul ada kalanya ada kemiripan ataupun kontak secara halus. Tak taulah sekiranya mitos itu benar, yang pasti yang bergolak dalam hati saya hari ini, saat ini, detik ini mulai menunjukkan sedikit perasaan merasa dibohongi.

Mungkin sedikit menyedihkan, tapi ah tidak. Sepertinya saya terasah untuk perasaan itu, sedikit banyak kira-kira. Saya mungkin akan berpikir sedikit membebaskan diri dan menetralkan kembali perasaan gulana saya, melakukan apapun yang ingin saya lakukan. Tapi, untuk masalah benarkah apa yang saya rasakan mungkin lebih baik cukup Tuhan saja yang tau. Saya masih yakin Tuhan itu Maha Segalanya dan Dia tentu telah mempunyai timbangan yang seadil-adilnya, ya cukup Tuhan saja yang mengurus dan menilainya. Tuhan itu adil, saya tidak peduli perbuatannya tapi saya lebih peduli bagaimana saya harus mempersiapkan diri menghadapi perbuatannya dengan lebih baik dan bijak ;;)

Thank a lot God gave me people who lied me :)

Rabu, 09 Januari 2013

Degradasi Arogansi

Pintar, Bertampang, Alim, Berharta, Bertahta, semuanya oke :). Tapi bagaimana dengan emosi? Well, It’s not okay. Arogansi berbahaya, memang. Terkadang seseorang sampai tidak memperhatikan kondisi dan situasi sekelilingnya. Ngotot boleh, maksa boleh tapi tentu harus berdasar. Ibaratnya berdebat tanpa bukti yang sahih.

Saya berulang kali membaca buku Menyantunkan Amarah tapi sampai hari ini saya masih belum bisa mempraktekkannya kepada kengototan dan arogansi. Rasanya itu ketika kita berpendapat, lalu disanggah dengan pernyataan yang salah, inginnya kekeuh dan mengatakan “Elu ngerti dengan jelas ngga ngotot gitu? Kalo ngga ya udah jangan komentar, jangan ngeluh” tapi pada akhirnya hanya menggerutu, “ya sudahlah, mana yang bener menurut kengototan dan kebegoan lu aja -,-”.

Sedikit demi sedikit saya mulai dan merasa harus belajar, bukan memaksa memperbaiki arogansi orang lain, tapi memaksa diri saya belajar menerima dan Lillahita’ala aja dengan sikap demikian. Ya, saya tau sayapun terkadang egois dan emosi ketika berdebat. Namun, dengan bertemu satu, dua orang yang bersikap demikian saya jadi berpikir, ternyata ini rasanya menghadapi sikap seperti ini, bagaimana jika ketika saya begini? Ya, tentu orang lain pun akan jadi menggerutu dan ga nyaman, bukan?

Seburuk-buruknya sifat orang lain, pasti ada baiknya. Begitupun sebaliknya, sebaik-baiknya orang lain, pasti ada buruknya. Yang terpenting itu bukan bagaimana berusaha merubah apa yang buruk pada orang lain, akan tetapi bagaimana berusaha merubah apa yang buruk pada diri sendiri. Saya masih hapal betul yang dikatakan orang Minang, “Bacamin ka diri surang, piciak diri surang baru piciak urang lain. Kok sakik, jan cubo pulo piciak ka urang kalau indak nio dipiciak urang.”

Selasa, 08 Januari 2013

Lepas Nafas dan Tarik Lagi, yo!

Bismillahirrahmanirrahmanirrahim,

Ini tentang adik saya, ya adik saya. Terserah dia atau orang lain mau berpikir apa tentang cara saya terhadap dia. Yang pasti saya tidak pernah berpikir mengurangi hak atau pun diktator terhadapnya. Mungkin juga saya cerewet, memaksa bukan berarti saya membangun ketiranian yang abadi kepadanya, hanya saja saya merasa filosofi keterpaksaan itu memang benar adanya kawan. “Pada awalnya terpaksa, kemudian terbiasa, dan pada akhirnya enjoy aja”.

Saya mulai aplikasikan hal semacam ini mulai duduk dibangku kuliah. Well, saya rasa sudah sangat terlambat bagi saya untuk sadar se sadar-sadarnya, tapi pada akhirnya saya benar-benar merasa dan percaya tidak utuh keterpaksaan itu buruk, value dari keterpaksaan itu toh juga untuk diri kita sendiri, bukan orang lain.

Saya pernah terkadang berimajinasi memiliki anak-anak di rumah tangga saya. Entah kenapa saya mulai berpikir bagaimana saya harus mendidik anak saya nanti? Salah satunya keterpaksaan, ingat bukan diktator ataupun tirani.

26 tahun saya jalani apa yang hadir, datang, dan pergi dalam hidup saya. Ketika mulai proses remaja dan dewasa, kau tau kawan? Proses pendewasaan itu menyakitkan. Ya, menyakitkan hati lahir batin. Tapi kau harus percaya kawan bagi siapa yang mampu melihatnya dari sisi yang terbaik dari proses yang menyakitkan itu, maka dialah kebahagiaan sesungguhnya. Seorang anak jika ia di didik dengan nina bobo, pada akhirnya dia tidak akan pernah siap bertempur dalam perang yang sesungguhnya. Seseorang yang memanjakan dirinya ketika disakiti berpaling mencari pelarian, ketika susah mencari jalan pintas. Pada akhirnya untuk hal yang lain dia kembali jatuh karena hanya lari bukannya menghadapi.

Kau tau kawan, saya pada awalnya hanya seorang anak sulung yang manja, saya mendapatkan apa yang saya ingin, orang tua saya terutama ibu hampir tidak pernah marah kepada saya. Ya beliau hanya mengomel jika saya bandel, papa saya hampir selalu membuat saya lebih tertutup dan takut karena beliau adalah orang yang keras. Kau tau kawan, Saya tidak ingin adik-adik saya, anak-anak saya menjadi apa yang pernah ada di dalam diri saya pada waktu lalu. Saya ingin adik-adik saya kuat, saya ingin adik-adik saya keras hati, bukan keras kepala, saya ingin adik-adik saya harus bisa menghadapi segala sesuatu yang ada di depannya. Apapun caranya, bagimanapun caranya saya akan berusaha asal mereka menjadi yang lebih baik dari pada. Tak apa jika pada awalnya mereka dongkol, benci, atau marah kepada saya, tapi yang pasti pada akhirnya saya hanya ingin melihat mereka bersorak dengan keberhasilannya.

Saya akan lakukan apa pun, asal mereka tidak menyesal nanti. Cukup bagi mereka menangis hari ini, bukan nanti.

Saya yakin tidak ada usaha yang sia-sia. Satu lagi pekerjaan yang harus saya selesaikan, mengarahkan pola pikir papa dan ibu saya untuk satu orang lagi adik saya, dia harus berhasil dengan apa yang dia impikan dan saya yakin, Allah telah mempersiapkannya :)
 
Syukran Katsiiraan Ya Rabb,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, Allah akan memberinya rezki yang tak disangka-sangka, dan Allah akan mencukupkannya (memeliharanya)”

Senin, 07 Januari 2013

Prasangka, Negative Thingking, dan Gelisah

Serrrrr….. Aliran darahku tiba-tiba cepat sekali rasanya, detak jantungku tiba-tiba tidak stabil, duduk salah, berdiri salah, tiduran salah. Lalu bagaimana?

Ya, sebuah cerita yang selalu kututup rapat. Tak siapa pun aku perkenankan menjadi tempat aku bercerita, tak terkecuali ibu. Tak biasanya, aku berhenti menyerocos ketika bertemu ibu, kawan. Tapi entah mengapa untuk yang satu ini, bibirku terunci rapat dan lidahku kelu. Jangankan aku mulai berbicara, bahkan ketika teringat saja hati ini begitu luka rasanya, dalam sekali kawan. Aku sering mempertanyakannya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang aku benci? Apa yang membuat hatiku luka? Tapi tetap saja kawan, jawabannya seolah jauh dari jangkauanku, sepertinya mereka tak ramah denganku atau akulah yang sebenarnya masih menutup pintu hati untuknya.

Seringkali aku teralihkan dengan bacaan-bacaan psikologi ketika aku bersemayam di zona nyamanku, toko buku. Tapi kau tau kawan, tak satupun dari buku-buku itu menjawab dan membuang ketidaknyamananku selama ini. Dan kau tau kawan, salah satu alasan mengapa aku ingin berada di lingkungan psikolog adalah karena aku ingin keluar dari area ini, aku ingin bebas dari apa yang merantai hati dan pikiranku, dan tentu saja aku ingin mampu memecahkannya secara logika. Apa mungkin aku masih terantai karena aku selalu menghindarinya bukan menghadapinya? Terkadang aku mulai bosan dan jengah. Aku ingin mengadu pada Tuhan tapi mungkin ini aduan paling bodoh yang pernah Tuhan dengar. Terkadang pula aku merasa marah, sakit, dan benci hingga aku merasa sendirian dan mulai menangis.

Entah mengapa kawan, bahkan aku tak pernah mampu menuturkannya pada siapapun, aku hanya tak ingin ini terlihat bodoh. Entahlah kawan, yang aku rasakan saat ini hanyalah masih adanya keyakinan bahwa Tuhan akan menjawab doaku, dan membebaskan aku dari rantai yang aku kelilingi sendiri tapi tak tau bagaimana melepaskannya. Aku tak tau kawan, yang pasti aku lelah dan merasa perlahan akan menyerah dan berhenti.

Minggu, 06 Januari 2013

Sudah Waktunya

Sendiri hari ini cukup baik saya rasa. Saya bisa melakukan apapun yang saya mau, teman. Bukan tak mau ditemani, hanya saja saya ingin …. rasanya tak penting bagimu teman jikalau pun saya uraikan satu per satu.

Entahlah, yang pasti saya ingin makan yang banyak dan tidur yang lelap malam ini, teman. Saya ingin ketika saya bangun subuh esok, saya bertemu apa yang paling saya rindukan. Kau mengerti bukan teman? Sudah waktunya saya tak lagi melampaui usia saya :)

Ya, saya butuh sekali teman bercerita malam ini teman. Saya butuh melepaskan sesuatu sepertinya. Tapi siapa? Tak ada siapa pun, teman. Baiklah, saya akan bermurai malam ini sendiri, ah malam besok sepertinya juga & malam berikutnya pun demikian. Teman, saya akan berterima kasih sekali jikalau Tuhan mengirimkan saya orang yang mau mendengarkan saya. Egois ya teman? Saya rasa iya, tapi orang-orang bilang tidak. Ya sudahlah teman, barangkali malam ini ruangan ini bersedia mendengarkan saya, sudah waktunya :’)

Jumat, 04 Januari 2013

Diantara Harapan Yang Kuuntai Dalam Doaku

Mungkin benar, yang aku lakukan belum maksimal bahkan jauh dari maksimal. Mungkin juga ada yang lebih pantas, jauh lebih baik dari yang aku lakukan untuk ini. Hanya aku saja yang merasa sudah maksimal, kawan. Atau mungkin juga, Allah sudah memberikan jawaban atas ini, apa ini jawabannya juga “tidak”, kawan? Entahlah, aku tak mengerti, aku tak paham, dan aku bahkan tak tahu apa-apa. Aku yakin, Allah telah jauh hari mempersiapkan jawaban-Nya untukku. Hanya saja mungkin aku masih berharap, sedikit teriba. Lucu ya, kawan? Bukankah apapun yang kita lakukan Dia yang berhak atas apapun yang ingin Dia tetapkan?. Ah, benar kawan, sepertinya aku terbawa suasana saja. Apapun hasilnya, jawaban dari-Nya itu semua adalah yang terbaik.

Ketika seorang hamba meminta pada Allah, maka Allah memiliki tiga jawaban:
1. Tidak, karena itu memang tidak baik untuknya,
2. Tunggu, karena Allah tengah mempersiapkannya,
3. Ya, karena Allah menetapkan inilah jalannya.

Semoga selalu ada pelajaran Ikhlas disegala sesuatu yang belum sesuai dengan rencana dan harapanku :)

Kamis, 03 Januari 2013

Kepada Sang Maha Pecinta dan Maha Mencintai

KepadaMu yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Ketika Engkau menitipkan padaku rasa cinta yang sungguh indah,
Apakah aku boleh meminta padaMu?
Titipkan padaku rasa cinta kepada seseorang yang Kau titipkan pula padanya rasa yang baik,
Cintakan aku pada seseorang yang dapat kusentuh hatinya atasMu,
Biarkan aku mencinta dengan baik seperti bintang mencinta pada bulan,
Pertemukan aku dengan cinta yang baik dan meyakinkanku.

KepadaMu yang Maha Pencinta dan Maha Mencintai,
Jika aku salah menuju pecinta yang Kau pertemukan denganku,
Aku mohon sampaikan padaku duhai yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Bukankah ada sebab yang baik dibaliknya?

KepadaMu yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Ketika Engkau menitipkan padaku rasa suka,
Bukankah rasa itu adalah sewajarnya perasaan?
Duhai yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Ketika Engkau menitipkan padaku rasa sayang,
Bukankah rasa itu adalah anugrah bagi sebuah perasaan?
Duhai yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Ketika Engkau menitipkan padaku rasa cinta,
Bukankan rasa itu seindah-indahnya perasaan dan amanah kepadaku?

KepadaMu yang Maha Pecinta dan Maha Mencintai,
Aku titipkan padaMu rasa cinta yang Kau titipi padaku,
Agar Kau metitipinya lagi kepada seseorang yang akan mencintai,

KepadaMu yang Maha Pencinta dan Maha Mencintai,
Ketika Kau pertemukan aku dengan cinta itu,
Maka mudahkan aku menjalaninya sebagai amanah,
Maka cintakan aku kepadanya sebagai seseorang yang akan membawaku menjadi makmum dari shalat yang diimaminya.

Selasa, 01 Januari 2013

Tentang Impian

Aku selalu percaya bahwa tidak ada yang GRATIS di dunia ini kecuali doa dan mimpi. Selagi GRATIS jangan pernah pelit berdoa dan bermimpi!!

Kata orang mimpi itu pasti terwujud, apapun mimpinya hanya saja ada yang diwujudkan di dunia nyata, ada pula yang tertunda. Aku selalu menuliskan mimpi-mimpiku dalam sebuah buku saku yang aku beri judul “My Billion Dreams”. Tiap-tiap mimpi itu tentu saja memiliki tanggal kadaluarsa, deadline mimpi yang harus aku kejar. Diantara semua list mimpi ada beberapa mimpiku yang gagal terwujud, sempat sedikit kecewa, tapi kekecewaan gagalnya beberapa mimpi tak harus menutup jutaan mimpiku yang lainnya, bukan?

Satu-satu persatu ketika mereka bergelimpangan dibenakku itu rasanya bodoh sekali, kenapa orang lain bisa, sedangkan aku tidak??!!. Diakhir muncul sedikit penyesalan, usahaku belum maksimal. Tapi setelah membaca beberapa buku tentang impian, aku baru paham, bahwa seorang pemimpi yang berhasil itu adalah ketika ia ditimpa kegagalan, ia menikmati dan memperbaiki proses menuju mimpi yang ditujunya dengan terus-menerus tanpa henti, itulah pemimpi yang berhasil dengan impiannya.

Ya, tak ada yang instan di dunia ini, bukankah proses dewasa juga menyakitkan? Begitupun proses menuju mimpi. Jadi, semangat!!! semangat!!. Masih banyak mimpi yang terbengkalai, masih banyak mimpi yang menunggu untuk diselesaikan, masih banyak mimpi yang harus kukejar, dan masih banyak lagi. Hari ini aku masih 26 tahun, terlalu muda untuk mengeluh dan berhenti. Terlalu muda.

Terlalu lemah, terlalu bodoh untuk putus asa sekarang...
Terlalu bodoh...